(baca: beli) lebih banyak dari yang Anda rencanakan dari awal?
Pernahkah Anda merasa bahwa saat membayar di kasir suatu toko ternyata barang yang mau Anda bayar.
Lucunya, hal seperti ini terus berulang-ulang menghampiri saya.
Intinya, cerita saya ini berawal karena setiap bulan paling tidak dua kali saya harus beli susu danpampers untuk dua anak saya. Niatnya memang mau beli susu….tapi ternyata susunya menjadi mahaaal karena beranak pinak dengan barang-barang lain. Saya atau mungkin Anda juga sering ‘terpana’ dan ‘tak sadar’ melakukannya. Setelah membaca beberapa artikel online ternyata saya telah terpapar dan ‘tenggelam’ dalam trik jitu para toko menjajakan barangnya. Heh?
Yang pasti, penyebab pertama adalah karena saya suka dan’harus’ pakai troli belanja. Karena belanjabareng anak-anak, maka mau tak mau selalu pakai troli belanja yang cukup untuk mendudukkan dua anak di troli sembari belanja. Inginnya lebih nyaman, tapi akhirnya tak nyaman di dompet karena secara psikologis saya ternyata merasa trolinya kosong dan ‘rasanya aneh’ bila hanya belanja sedikit. Akhirnya…lewat lorong sana…ambil barang dan plang plung mengambil sesuatu dan membelinya… Belum lagi.anak-anak yang suka mengambil jajanan kesukaannya.
Pelajaran pertama untuk kasus ini adalah…sebaiknya belanja sendiri dan langsung menuju lorong tempat susu atau barang yang memang mau Anda beli. Tak perlu tengak-tengok atau tergoda untuk beli apa pun selain itu. (kecuali: apabila belanja adalah rekreasi buat Anda’ yang terkadang saya lakukan juga)
Namun,parahnya (baca: pintarnya pemilik toko) susu yang harus saya beli letaknya selalu berada di lorong paling belakang….yang akhirnya harus membuat saya berjalan melewati beberapa lorong dengan berbagai macam tawaran diskon dan sale. Ada kalanya bisa tahan godaan dan lebih sering tak tahan….nah inilah masalahnya.
Satu lagi tambahan: pampers! alias popok bayi. Selain susu, sang popok adalah belanja bulanan. Popok ini sama halnya susu juga letaknya di bagian belakang. Yang aneh…harganya memang mahal tapi lucunya (dan stupidnya sayaJ) sudah tahu harganya mahal..tetap saja dibeli. Nah apa yang salah. Sudah tahu mahal, tapi kog rasanya harus beli karena merasa diberi diskon. Padahal hanya harganya saja yang ditulis BESAR-BESAR sehingga seolah-olah didiskon!
Pelajaran kedua untuk kasus ini adalah …sebaiknya langsung tancap gas untuk langsung ke tempat barang yang mau dibeli. Titik.
Pelajaran ketiga untuk kasus ini adalah …bila memang harganya mahal dan tak perlu tak usah dibeli. Bila bisa…Masalahnya…inginya langsung tancap ke tempat yang dituju, tapi apa daya bila pas jam ramai maka lorong penuh dengan orang dan troli pun tersendat..maka mau tak mau kita harus diam sejenak. Pas berhenti sejenak itulah…kita bisa bisa terpancing untuk melirik, melihat, memandangi barang-barang yang nggak perlu-perlu amat tapi ternyata klik..’oya, ya sepertinya perlu juga itu.” Nah, ini juga sering terjadi.
Pelajaran keempat untuk kasus ini adalah..bila mungkin lebih baik belanja di jam-jam sepi atau menghindari akhir pekan.
Pas mau membayar pun, terkadang…saya harus pintar mencari antrian yang tak panjang dan yang agak jauh dari lemari es krim dan lemari minuman dingin yang secara sengaja diletakkan oleh toko di dekat kasir. Nah, anak-anak saya kog ya selalu tahu (baca: ingat seingat-ingatnya) bahwa es krim letaknya di dekat kasir. Bila belanja sendiri tak akan ada masalah, tapi akhirnya….es krim atau lollipop menjadi daftar belanjaan dadakan. Kecil nilainya dalam rupiah..tapi untuk dua anak dan bila setiap saat?
Yang terakhir…pas kita belanja dan rasanya ingin ke kamar kecil…sering kali toko serbaada atau hypermarket tempat kita belanja tak menyediakan kamar kecil di dalam toko. Kita harus keluar toko dulu. (atau ada hypermarket yang menyediakan di dalam? Dan saya tak mengetahuinya?) Nah inilah masalahnya. Sembari keluar..mau tak mau mata kita melihat-lihat lorong-lorong barang lain dengan seabrek penawaran. Bila tak kuat godaan, lagi-lagi keinginan untuk membeli hal-hal lain pun muncul.
Well, itulah susu dan popok bayi yang beranak pinak sebelum sempat di bawa ke kasir…dan sampai saat saya menulis ini pun….hal-hal ridikulus (konyol) ini berulang….entah bagaimana caranya mengatasinya…
Pernahkah Anda merasa bahwa saat membayar di kasir suatu toko ternyata barang yang mau Anda bayar.
Lucunya, hal seperti ini terus berulang-ulang menghampiri saya.
Intinya, cerita saya ini berawal karena setiap bulan paling tidak dua kali saya harus beli susu danpampers untuk dua anak saya. Niatnya memang mau beli susu….tapi ternyata susunya menjadi mahaaal karena beranak pinak dengan barang-barang lain. Saya atau mungkin Anda juga sering ‘terpana’ dan ‘tak sadar’ melakukannya. Setelah membaca beberapa artikel online ternyata saya telah terpapar dan ‘tenggelam’ dalam trik jitu para toko menjajakan barangnya. Heh?
Yang pasti, penyebab pertama adalah karena saya suka dan’harus’ pakai troli belanja. Karena belanjabareng anak-anak, maka mau tak mau selalu pakai troli belanja yang cukup untuk mendudukkan dua anak di troli sembari belanja. Inginnya lebih nyaman, tapi akhirnya tak nyaman di dompet karena secara psikologis saya ternyata merasa trolinya kosong dan ‘rasanya aneh’ bila hanya belanja sedikit. Akhirnya…lewat lorong sana…ambil barang dan plang plung mengambil sesuatu dan membelinya… Belum lagi.anak-anak yang suka mengambil jajanan kesukaannya.
Pelajaran pertama untuk kasus ini adalah…sebaiknya belanja sendiri dan langsung menuju lorong tempat susu atau barang yang memang mau Anda beli. Tak perlu tengak-tengok atau tergoda untuk beli apa pun selain itu. (kecuali: apabila belanja adalah rekreasi buat Anda’ yang terkadang saya lakukan juga)
Namun,parahnya (baca: pintarnya pemilik toko) susu yang harus saya beli letaknya selalu berada di lorong paling belakang….yang akhirnya harus membuat saya berjalan melewati beberapa lorong dengan berbagai macam tawaran diskon dan sale. Ada kalanya bisa tahan godaan dan lebih sering tak tahan….nah inilah masalahnya.
Satu lagi tambahan: pampers! alias popok bayi. Selain susu, sang popok adalah belanja bulanan. Popok ini sama halnya susu juga letaknya di bagian belakang. Yang aneh…harganya memang mahal tapi lucunya (dan stupidnya sayaJ) sudah tahu harganya mahal..tetap saja dibeli. Nah apa yang salah. Sudah tahu mahal, tapi kog rasanya harus beli karena merasa diberi diskon. Padahal hanya harganya saja yang ditulis BESAR-BESAR sehingga seolah-olah didiskon!
Pelajaran kedua untuk kasus ini adalah …sebaiknya langsung tancap gas untuk langsung ke tempat barang yang mau dibeli. Titik.
Pelajaran ketiga untuk kasus ini adalah …bila memang harganya mahal dan tak perlu tak usah dibeli. Bila bisa…Masalahnya…inginya langsung tancap ke tempat yang dituju, tapi apa daya bila pas jam ramai maka lorong penuh dengan orang dan troli pun tersendat..maka mau tak mau kita harus diam sejenak. Pas berhenti sejenak itulah…kita bisa bisa terpancing untuk melirik, melihat, memandangi barang-barang yang nggak perlu-perlu amat tapi ternyata klik..’oya, ya sepertinya perlu juga itu.” Nah, ini juga sering terjadi.
Pelajaran keempat untuk kasus ini adalah..bila mungkin lebih baik belanja di jam-jam sepi atau menghindari akhir pekan.
Pas mau membayar pun, terkadang…saya harus pintar mencari antrian yang tak panjang dan yang agak jauh dari lemari es krim dan lemari minuman dingin yang secara sengaja diletakkan oleh toko di dekat kasir. Nah, anak-anak saya kog ya selalu tahu (baca: ingat seingat-ingatnya) bahwa es krim letaknya di dekat kasir. Bila belanja sendiri tak akan ada masalah, tapi akhirnya….es krim atau lollipop menjadi daftar belanjaan dadakan. Kecil nilainya dalam rupiah..tapi untuk dua anak dan bila setiap saat?
Yang terakhir…pas kita belanja dan rasanya ingin ke kamar kecil…sering kali toko serbaada atau hypermarket tempat kita belanja tak menyediakan kamar kecil di dalam toko. Kita harus keluar toko dulu. (atau ada hypermarket yang menyediakan di dalam? Dan saya tak mengetahuinya?) Nah inilah masalahnya. Sembari keluar..mau tak mau mata kita melihat-lihat lorong-lorong barang lain dengan seabrek penawaran. Bila tak kuat godaan, lagi-lagi keinginan untuk membeli hal-hal lain pun muncul.
Well, itulah susu dan popok bayi yang beranak pinak sebelum sempat di bawa ke kasir…dan sampai saat saya menulis ini pun….hal-hal ridikulus (konyol) ini berulang….entah bagaimana caranya mengatasinya…
No comments:
Post a Comment